0

Yesus Yang Menuntut

"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya" (Luk 9:24)
Masa puasa adalah masa pertarungan hidup rohani.
Semakin serius mendaaminya, semakin terasa tantangannya. Saat-saat itu adalah saat-saat gempuran setan dan dosa yang terus menerus menghantam batin.
Itu sebabnya, memulai masa puasa ini kita mesti memiliki hati yang besar, siap bertarung dengan senjata Sabda Tuhan. Bila tidak, siap-siaplah untuk terpuruk dan menyerah kalah dalam hidup.
Hari ini pertarungan rohani dimulai ketika Yesus bersabda, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."
Mengapa? Karena Yesus tahu bahwa ada kecenderungan batin kita untuk mencari nikmat sesaat, jalan pintas dan lari dari kenyataan hidup.
Kita mendapatkan gambaran yang baru tentang Yesus. Yesus yang kita kenal bukan lagi Yesus yang lemah lembut, Yesus yang murah hati, Yesus yang pengampun, Yesus yang memahami dan berempati pada kesusahan orang dll. Namun, sekarang kita melihat Yesus yang
menuntut. Ada tuntutan dan tanggung jawab ketika seseorang mau mengikuti Yesus.
Amat berbeda dengan situasi kini. Hidup rohani tak dipedulikan. Jadinya, lahirlah generasi lembek dan ringkih. Mereka sudah terbiasa hidup dengan enak, mudah dan nyaman. Maka, sedikit saja ada kesulitan mereka lari dan bahkan beberapa remaja mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tidak tahan dengan rasa malu, entah alasan ekonomi, entah keadaan rumah yang tidak nyaman. Dengan kata lain, banyak kaum remaja kita tidak tahan dengan tuntutan hidup sebagai mahkluk rohani. Mungkin pula mereka meneladani para orang-orang tua yang sering mencari jalan pintas hidup. Padahal jalan itu adalah jalan kebinasaan.
Itu sebabnya, Yesus menawarkan jalan keselamatan, yaitu jalan salib. Jalan yang tidak enak dan tidak menyenangkan karena orang harus bersusah dan berlelah dalam hidup. Namun, apabila kita menghargai setiap tetes keringat yang keluar atau apabila kita memberi makna setiap usaha, rasa-rasanya kita tak mudah kehilangan arah kehidupan, tak terburu-buru memilih jalan pintas ( baca: korpusi, mencontek, suap, membabat hutan). Sebagai akhir renungan saya teringat akan syair lagu kanak-kanak. Bunyinya demikian :
Di dalam dunia ada dua jalan,
Lebar dan sempit mana kau pilih
Yang lebar api, jiwamu mati,
Tapi yang sempit, Tuhan berkati.

0 komentar: